Wagub Sulsel Noted Orang Tua dan Pendidik

PENULIS: AL FATH
Makassar — Perundungan masih menjadi luka kolektif di dunia pendidikan. Jika dulu dilakukan secara fisik dan verbal di sekolah, kini ia menjelma dalam bentuk baru: menyakitkan lewat layar, diam-diam menghancurkan lewat gawai. Dan faktanya gawai anak-anak kita saat ini menjadi subjek utama dalam aksi kekerasan digital ini.
Kondisi ini menjadi inspirasi lahirnya film Cyberbullying, garapan rumah produksi lokal Makassar, DL Entertainment, yang menggandeng sutradara asal Sengkang, Rusmin Nuryadin. Film ini mengajak kita menyelami pergolakan batin seorang anak yang menjadi korban kekerasan digital.
Neira, Gadis yang jadi Korban Kekerasan Digital
Cerita berpusat pada Neira, siswi kelas dua SMP yang awalnya dikenal sebagai panutan. Hidupnya berubah ketika video konfrontasinya dengan teman sekolah viral di media sosial. Tekanan mental dan stigma membuat Neira menarik diri dari dunia luar.
Keluarganya lalu mengirim Neira ke kampung halaman sang kakek. Di lingkungan yang lebih tenang, ia mulai memulihkan diri. Neira belajar kembali tentang nilai-nilai hidup: religiusitas, kemandirian, nasionalisme, dan gotong royong.
Dari film ini memberi pesan bahwa dalam keadaan kondisi menjadi “korban” baiknya menarik diri dari lingkungan lama menuju lingkungan yang lebih sehat. Lebih sehat tentunya yang jauh dari gawai, lebih tenang, dan interaksi fisik yang lebih diutamakan.
Di kampung sang Kakek, Neira membangun taman baca dan tempat pelatihan Spelling Bee bagi anak-anak kurang mampu. Ini kembali menumbuhkan rasa percaya diri Neira di mana Ia merasa masih bisa memberi manfaat kepada lingkungan. Kisahnya kemudian berlanjut dengan keberanian Neira kembali ke sekolah lama dan menorehkan prestasi dari lomba Spelling Bee.
Hal ini juga menjadi pembuktian bagi Neira yang berhasil menutup masa lalunya yang penuh luka.
Edukasi Gawai tak Sekarib Sahabat
Film Cyberbullying dibintangi oleh para aktor muda Makassar seperti Amanda, Tiel, Flyn, Makka, Habibi, dan Rajwa yang merupakan aktor-aktor cilik Makassar.
Film ini tidak hanya menyentuh sisi emosional, tetapi juga menjadi alat edukasi yang kuat yang memberi pesan bahwa gawai yang menjadi familiar diberikan kepada anak-anak saat ini justru kadang tidak menjadi sahabat yang baik dan karib, tapi menjadi subjek nyata kekerasan digital.
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Fatmawati Rusdi, turut mengapresiasi kehadiran film ini. Ia menyebutkan film ini juga menjadi warning bagi orang tua dan pendidik bagaimana menjadikan gadget dengan bijak berdasarkan usia.
“Melalui film edukasi seperti ini, saya berharap masyarakat, orangtua, guru, dan terutama anak-anak dapat semakin sadar akan bahaya cyberbullying, khususnya bahaya gadget jika tidak digunakan dengan bijak.”
Ia juga berharap film ini dapat menciptakan ruang belajar yang lebih aman dan mendukung tumbuh kembang anak.
“Selamat dan sukses untuk film Cyberbullying. Semoga membawa manfaat nyata bagi anak-anak kita.”