Momentum Muhasabah, Harapan untuk Generasi Pemimpin Masa Depan

Makassar — Ahad pagi di penghujung Juni, puluhan anak usia sekolah dasar mengenakan kostum warna-warni, berdiri di atas panggung Gedung Baruga AP Pettarani Unhas. Mereka tidak sekadar menari atau membaca puisi. Mereka sedang belajar menyuarakan harapan: untuk bumi yang lebih lestari, untuk Palestina yang damai, dan untuk Papua yang dihargai.
Itulah yang terjadi dalam Pentas Seni (Pensi) SDIT Arrahmah, Minggu (29/6/2025), yang mengangkat tema “Bersama Jaga Bumi, Bersama Suarakan Damai.”
Lebih dari sekadar perayaan akhir tahun ajaran, Pensi ini menjadi ruang belajar anak-anak—bukan hanya tentang keberanian tampil, tapi tentang nilai-nilai hidup yang lebih besar: menjaga ciptaan Tuhan, mencintai sesama, dan membentuk diri dalam iman.
Direktur SIT Arrahmah, Ustaz Hasan Hamido, S.Pd., M.Si, dalam sambutannya menekankan momentum tersebut adalah saatnya, orang tua dan pendidik, kembali berbenah.
“Pendidikan bukan hanya soal angka atau nilai. Ini tentang membentuk karakter. Kita tidak ingin meninggalkan generasi yang lemah, terutama dari sisi iman dan pemahaman agama,” ujarnya di hadapan ratusan orang tua yang hadir.
Panggung Pensi kali ini menampilkan senam Go Green oleh kelas 2, fashion show daur ulang oleh kelas 1, hingga puisi dan drama tentang Palestina, dan ditutup dengan tarian Spirit of Papua. Anak-anak diajak bicara tentang bumi dan perdamaian dalam bahasa mereka: seni dan ekspresi. Pesan-pesan ini diperkuat dengan slogan yang berulang disuarakan: “Bumi bukan warisan, tapi titipan Tuhan.”
Perempuan dan Pendidikan yang Mengakar
Di balik setiap penampilan anak-anak, berdiri barisan ibu—yang menyiapkan kostum, latihan, dan kadang air mata bangga. Di sinilah letak kontribusi perempuan yang nyaris tak disebut, tapi begitu menentukan arah. Pendidikan berbasis rumah dan keluarga menjadi penentu kualitas masa depan anak-anak.
“Komite sekolah, khususnya para ibu, adalah partner terbaik kami. Mereka tidak hanya hadir sebagai pendukung teknis, tapi juga sebagai penjaga nilai-nilai yang kami tanamkan,” tutur Ustaz Hasan.
Dari panggung Pensi ini menjadi pengingat, bahwa dunia anak-anak adalah dunia yang penuh kemungkinan. Dan perempuan—sebagai ibu, guru, fasilitator—memegang peran sentral dalam menanamkan nilai keberanian, empati, dan tanggung jawab sejak dini.
Spirit Hijrah: Berubah untuk Lebih Baik
Berlangsung di pergantian tahun baru Hijriah, Pensi juga menjadi momentum spiritual untuk muhasabah dan perencanaan.
Ustaz Hasan mengajak semua pihak—guru, orang tua, dan anak-anak—untuk menjadikan momen ini sebagai titik balik.
“Hijrah adalah berpindah dari kelalaian ke kesadaran, dari kepasifan ke peran aktif sebagai penjaga bumi dan pelaku kebaikan,” ujarnya.
Di akhir acara, seluruh siswa menerima penghargaan—bukan hanya atas prestasi, tapi atas proses belajar mereka selama satu tahun.
Karena mendidik anak bukan hanya soal sekolah, tapi tentang menciptakan peradaban. Dan peradaban tersebut dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu rumah atau ibu.
PENULIS: ND