‘Super Commuter’ Racheal Kaur dan Perjalanannya Menapaki Peran Ganda

Racheal Kaur yang dijuluki ‘Super Commuter’ karena aktifitasnya berangkat kerja menggunakan pesawat terbang. Hal itu dilakukannya untuk menjalankan peran ganda sebagai tenaga kerja dan ibu rumah tangga (IRT). (Foto: Gulf Today)

Di tengah hiruk-pikuk perjalanan harian yang biasa ditempuh dengan motor, mobil atau kereta api, seorang perempuan asal Malaysia, Racheal Kaur, hadir dengan kisah yang memecah kebiasaan umum.

Bukan hanya sekadar unik, kisahnya menggambarkan keteguhan hati, kecerdasan dalam mengambil keputusan, serta dedikasi luar biasa terhadap peran ganda sebagai profesional dan ibu rumah tangga.

Racheal tinggal di Penang, tetapi setiap hari bekerja di Kuala Lumpur. Tidak dengan mobil atau bus, melainkan dengan pesawat terbang.

Ia bangun pukul 4 pagi, bersiap tanpa keluhan, lalu melangkah menuju Bandara Internasional Penang untuk menempuh perjalanan udara sejauh 350 km demi sampai ke kantornya, tempat ia menjabat sebagai Assistant Manager di divisi Finance Operations maskapai AirAsia.

Setiap langkah Racheal adalah bentuk keberanian seorang perempuan yang memilih untuk tidak menyerah pada dilema antara karier dan keluarga.

Di saat banyak yang memilih tinggal terpisah dari keluarga demi pekerjaan, ia justru menemukan jalur lain—jalur langit, yang membawanya pulang setiap malam ke pangkuan dua buah hatinya.

Dalam wawancaranya dengan Channel News Asia (CNA), Racheal menyampaikan bahwa pilihannya bukanlah demi pencitraan atau kemewahan, melainkan hasil dari kalkulasi cerdas dan naluri keibuan.

 Ia menyadari pentingnya hadir secara fisik dan emosional dalam masa pertumbuhan anak-anaknya, yang kini berusia 11 dan 12 tahun.

Sebelumnya, Racheal sempat tinggal di Kuala Lumpur, dan hanya bisa pulang ke Penang seminggu sekali.

Rasa bersalah dan kerinduan menjadi cambuk batin yang tak tertahankan, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengambil langkah radikal: pulang-pergi setiap hari menggunakan pesawat.

Banyak orang mungkin mengira keputusan itu tidak logis, atau bahkan boros. Namun Racheal mematahkan asumsi tersebut dengan perhitungan teliti.

Saat tinggal di Kuala Lumpur, ia harus mengeluarkan hingga 474 dolar AS per bulan untuk biaya hidup. Kini, dengan sistem PP pesawat, pengeluarannya justru turun menjadi sekitar 316 dolar AS.

Tiket pesawat pulang-pergi hanya sekitar Rp160 ribuan per hari. Dan uniknya, meskipun bekerja di AirAsia, Racheal tetap membeli tiket secara reguler tanpa diskon.

Bukan karena gengsi, tapi karena ia percaya bahwa setiap langkah hidupnya harus dilandasi dengan kemandirian dan tanggung jawab penuh.

Ia memanfaatkan waktu di dalam pesawat untuk relaksasi pribadi: mendengarkan musik, membaca, atau sekadar menutup mata.

Bagi Racheal, momen-momen itu menjadi ruang jeda yang berharga antara peran profesional dan peran domestiknya.

Di tempat kerja, ia tampil sebagai profesional ulung yang penuh fokus dan ketepatan. Di rumah, ia berubah menjadi ibu yang hangat, menemani anak belajar, memasak makan malam, hingga mendengarkan cerita harian mereka.

Bagi Racheal, kedua dunia itu bukanlah beban yang saling tarik-menarik, melainkan dua bagian utuh dari jati dirinya.

Tak sedikit kolega dan kenalannya yang menyebutnya “gila” saat mengetahui rutinitasnya. Namun Racheal tidak tersinggung. Ia tahu, keberanian sering kali tampak aneh di mata mereka yang belum mencobanya.

Apa yang dilakukan Racheal sejatinya adalah bentuk perlawanan halus terhadap narasi bahwa perempuan harus memilih antara karier dan rumah.

Ia membuktikan bahwa dengan kecerdasan mengatur waktu dan keberanian mengambil risiko, keduanya bisa diperjuangkan secara bersamaan.

Kisah Racheal sontak viral di media sosial. Banyak warganet yang terinspirasi. Ada yang mengaku tersentil, karena merasa berat berangkat kerja hanya dengan jarak 10 kilometer.

Ada pula yang memuji mentalitas ‘tak kenal lelah’-nya sebagai bentuk nyata kepemimpinan seorang perempuan masa kini.

Namun di balik pujian dan sorotan itu, Racheal tetap rendah hati. Ia tidak menganggap dirinya luar biasa.

“Saya hanya ibu biasa yang ingin hadir untuk anak-anak saya, tapi juga tetap berdiri di atas kaki sendiri,” tuturnya dalam wawancara, dikutip dari beberapa sumber, Kamis (04/06/2025).

Apa yang dilakukan Racheal juga mendapat dukungan penuh dari perusahaannya. AirAsia melihat langkahnya sebagai simbol dari prinsip keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, hal yang kini menjadi nilai penting dalam dunia kerja modern.

Kini, setiap pagi dan malam, Racheal menembus awan demi dua tujuan mulia: bertanggung jawab pada tugas profesionalnya dan memeluk anak-anaknya dengan penuh kasih saat hari berganti malam.

Kisah ini tidak hanya menyentuh, tapi juga membuka mata banyak orang bahwa perempuan bisa menjadi apapun yang ia pilih—selama ia melangkah dengan keyakinan, cinta, dan perhitungan yang matang.

Racheal Kaur bukan sekadar “super commuter”. Ia adalah cerminan dari keberanian perempuan masa kini, yang menolak dibatasi oleh jarak, waktu, maupun ekspektasi sosial yang sempit.

Perjalanan udara harian yang ia tempuh bukan hanya tentang tempat kerja dan rumah, tapi juga tentang bagaimana cinta seorang ibu, kecerdasan seorang perempuan, dan ketangguhan seorang individu bisa menyatu dalam satu tubuh.

Ia mengajarkan bahwa independensi bukan berarti meninggalkan tanggung jawab rumah, dan peran domestik bukan alasan untuk mengabaikan cita-cita profesional. Dalam dirinya, keduanya menyatu tanpa cela.

Dan di antara jutaan orang yang menunggu kereta setiap pagi, Racheal terbang. Bukan sekadar di langit, tapi juga dalam narasi perempuan yang sedang bangkit, menulis ulang kisah hidupnya dengan keberanian dan kasih yang utuh.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top